Bersahabat Dengan Al Quran
Sesulit apapun kehidupan yang sedang dijalani, dan seberat apapun
perjuangan yang sedang dihadapi, pasti akan terasa lebih ringan dan
damai jika ada sahabat yang selalu setia menyertai, dibanding jika
semuanya harus ditanggung seorang diri. Dan sebaliknya, keberhasilan
spektakuler yang kita raih pun terasa tak berarti apabila tidak ada
siapa-siapa untuk tempat berbagi. Demikianlah hidup ini jadi miris
sekali jika selamanya harus dijalani sendiri, maka itu sahabat yang
setia harus kita cari sebagai teman berbagi apa saja yang kita alami.
Sebelum mencari sahabat manusia, kita sebaiknya bersahabat terlebih
dulu dengan Al-Quran. Dikarenakan dalam Al-Quran kita dapat menemukan
panduan hidup yang benar. Sebaliknya apabila kita jauh dari Al-Quran dan
tidak menjadikannya sahabat kita, maka hidup kita akan mudah diperdaya
oleh rayuan dan bujukan setan untuk dijadikan sahabatnya. Hal ini
sebagaimana telah dijelaskan dalam firman Allah: “Barangsiapa yang
berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Quran), kami
adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang
menjadi teman yang selalu menyertainya.” (QS. Az-Zukhruf {43} : 36).
Intinya, dalam kehidupan kita memiliki dua
pilihan untuk dijadikan sahabat, Al-Quran atau setan. Manakala kita
bersahabat dengan Al-Quran maka kita akan selamat di jalan Allah.
Sebaliknya bersahabat dengan setan kita akan merugi dan jatuh ke lembah
kehancuran dan kesesatan. Agar kita terhindar dari persahabatan dengan
setan, Al-Quran telah memberikan tips yaitu sering-sering membaca
ta’awwudz yaitu ungkapan A’udzubillahi minasy-syaithonir rajim. “Aku memohon perlindungan kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.” (QS. An-Nahl 98).
Kita harus bisa bersahabat dengan Al-Quran, karena Al-Quran adalah mukjizat khalidah
(mukjizat abadi). Keberadaannya diyakini sebagaimana kata pepatah “tak
lekang oleh panas, tak lapuk oleh hujan.” Ia akan senantiasa shalih fil al-zaman wa al-makan
(selalu relevan di setiap waktu dan tempat). Jadi kita sangat beruntung
bila dapat bersahabat dengan Al Quran. Untuk menjadikan Al-Quran
sebagai sahabat karib, tentu kita harus memposisikan dan
memperlakukannya seperti kita memperlakukan sahabat. Yakni menjadikannya
sebagai teman curhat, mendengar nasehatnya, mengikuti petuahnya dan
ingin selalu dekat di sisinya. Dalam hal ini, bersahabat dengan Al
Quran dengan selalu membaca, menjadikannya petunjuk, memahaminya dan
mengamalkannya. Dengan begitu kita akan memperoleh kebahagiaan hakiki
dunia-akhirat.
Rasulullah Saw menjanjikan, bahwa setiap orang beriman yang bersahabat akrab dengan Al Quran, dijamin akan mendapat syafa’at dari Al-Qur’an: “Bacalah
Al-Qur’an, sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat menjadi pemberi
syafa’at bagi orang-orang yang bersahabat dengannya”. (HR. Muslim)
Rasulullah Saw bersabda “Bacalah Al-Qur’an, karena ia akan datang pada hari Kiamat sebagai pemberi syafa‘at bagi pembacanya.” (HR. Muslim dari Abu Umamah).)
“Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur’an) untuk
menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira
bagi orang-orang yang berserah diri.” (QS.An-Nahl: 89)
Firman Allah Swt: “Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan.
Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti
keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah
mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang
benderang dengan seizin-Nya dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (QS. Al-Ma’idah: 15-16)
Al-Quran turun kepada Baginda Nabi Saw. memang untuk didakwahkan. Allah Swt. berfirman: ”Dan sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia
itu dibawa turun oleh Ruh al-Amin (Jibril) ke dalam hatimu (Muhammad)
agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi
peringatan” (QS. asy-Syu’ara [26]:192-194).
Rasulullah Saw. bersabda, “Sebaik-baik ucapan adalah Kitabullah…” (HR Ahmad). Karena
itu, sudah selayaknya para aktifis dakwah senantiasa berinteraksi
dengan Al Quran, bersahabat dengan Al Quran, bahkan harus merasa
bergantung pada Al Quran. Sebagaimana seorang prajurit di medan perang
bergantung pada senjatanya, demikian pula seharusnya pengemban dakwah
selalu bergantung pada Al Quran. Apa jadinya prajurit berperang tanpa
senjata? Apa jadinya pengemban dakwah berlaga di medan dakwah tanpa Al
Quran di hati dan pikirannya?
Rasulullah Saw. bersabda, sebagaimana dituturkan oleh Abu Hurairah ra, “Tidaklah
suatu kaum berkumpul di suatu rumah Allah, membaca kitab Allah dan
mempelajarinya, melainkan akan diturunkan kepada mereka ketenangan;
mereka akan diliputi oleh rahmat, dikelilingi oleh malaikat dan akan
disebut-sebut Allah di hadapan orang-orang yang ada di sisi-Nya (para
malaikat).” (HR Muslim).
Kecintaan dan interaksi kita dengan Al Quran juga merupakan ukuran
kebersihan hati kita. Jika suatu ketika hari kita merasa berat untuk
membaca Al Quran, bisa jadi itu adalah pertanda bahwa hati kita kotor.
Untuk membersihkannya, paksakanlah untuk membaca Al Quran, InsyaAllah
ayat-ayat Al Quran yang kita baca akan membersihkan kotoran-kotoran
tersebut. Allah Swt berfirman: “Hai manusia, sesungguhnya telah
datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi
penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat
bagi ouang-orang yang beriman. ” (QS. Yunus {10} : 57).
Sungguh pantas, kiranya setiap kaum muslim menjadikan Al Qur’an
sebagai sahabat karibnya, yaitu dengan berakhlak sebagaimana akhlak Al
Qur’an, menerapkan manajemen hidup yang Qurani, cara bergaul ala
Al Qur’an. Misalnya tentang perlunya menjaga tali persaudaraan, saling
tolong menolong, tidak boleh bercerai-berai, bermusuhan, berkelahi,
bunuh-membunuh, caci-mencaci, ghibah. Dan setiap orang selalu berusaha
untuk hidup rukun dan damai dengan orang lain.
Wahai diri… tidakkah kamu malu kepada Allah Swt? Mengaku cinta
kepada-Nya, tetapi tidak merasa senang berinteraksi dengan kalam-Nya.
Bukankah ketika manusia cinta dengan manusia lain, dia menjadi senang
membaca surat atau sms nya, bahkan berulang-ulang? Mengapa kamu begitu
berat dan enggan hidup dengan wahyu Allah Swt? Adakah jaminan bahwa kamu
mendapat pahala gratis tanpa beramal shalih? Infaq cuma sedikit, jihad
belum siap, kalau tidak dengan Al Quran, lalu dengan apa lagi? Mulai
sekarang, mari kita jadikan Al Quran sebagai sahabat terbaik kita.
Dewi Yana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar